BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap
manusia memiliki kemampuan belajar. Bayangkan jika kemampuan itu dihilangkan
atau dikurangi, manusia akan tertinggal dalam segala hal dan mengalami banyak
kekurangan dalam kemampuannya. Dengan demikian, kemampuan untuk belajar
sangatlah penting untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga
dapat
Pada
zaman yang serba maju sekarang ini, kemampuan belajar itu mempertahankan
hidupnya. menjadi lebih penting, karena begitu banyak kemampuan yang harus
dimiliki. Bayangkan bagaimana jadinya jika manusia hanya di lengkapi oleh
kemampuan yang dibawanya sejak lahir. Kita tidak akan bisa berbicara, menulis,
apalagi melakukan kegiatan-kegiatan fisik yang kompleks yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Konsep pembelajaran gerak merupakan dasar bagi
pelaksanaan proses pembelajaran dan pelatihan gerak atau keterampilan gerak.
Pengertian yang mantap dalam hal hakikat dan definisi pembelajaran gerak
merupakan bantuan yang sangat berguna bagi guru orang tua bahkan guru di
sekolah. Proses pembelajaran tampaknya terjadi setiap waktu. Hampir dalam
segala aspek yang kita kuasai sekarang, semuanya terjadi karena proses belajar.
Secara sederhana, pembelajaran motorik dapat diartikan
sebagai proses belajar keahlian gerakan dan penghalusan kemampuan motorik,
serta variabel yang mendukung atau menghambat kemahiran maupun keahlian
motorik. Aspek pembelajaran motorik dalam pendidikan jasmani merupakan aspek
yang berhubungan dengan tindakan atau perilaku yang ditampilkan oleh para siswa
setelah menerima materi tertentu dari guru. Menurut Herin Rahyubi (2011)
pembelajaran motorik adalah upaya mengubah
perilaku motorik melalui kondisi dan situasi yang sengaja diciptakan
agar proses perubahan menjadi efektif dan efisien. Saat seorang siswa melakukan
pembelajaran motorik di sekolah, perubahan nyata yang terjadi adalah meningkat
dan berkembangnya mutu keterampilan motorik seorang siswa.
Dengan pembelajaran motorik yang terancang, terarah, dan
terpola dengan baik, seorang diharapkan mampu menguasai pembelajaran gerak
secara memuaskan dan berdaya guna. Dari sini diharapkan munculsalah satu hasil
dan produk dari pembelajaran gerak, yaitu penguasaan keterampilan. Seorang
siswa yang telah menguasai keterampilan motorik secara baik dan mumpuni.
Ketika seseorang mempelajari keterampilan gerak,
perubahan nyata yang terjadi adalah meningkatnya mutu keterampilan itu. Ini
dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat skor yang
dihasilkan, atau dengan melihat keberhasilan melakukan gerak yang tadinya belum
dikuasai. Tetapi yang terjadi sebenarnya bukan hanya itu, sebab ada perubahan
tambahan atau perkembangan kemampuan yang mendasari penampilan pada penguasaan
keterampilan yang baru. Perkembangan kemampuan inilah yang membuat penampilan
bertambah baik. Konsep pembelajaran gerak ini sudah dilakukan disekolah-sekolah
guna meningkatkan keterampilan yang dimiliki siswa, oleh sebab itu pengelolaan
praktek pembelajaran disekolah menjadi salah satu hal penting yang harus
diperhatikan oleh para guru guna meningkatkan dan mengembangkan keterampilan
gerak siswa.
Agar
bisa memasuki wilayah pembelajaran motorik dengan baik, maka kita perlu
mengetahui beberapa tahap perkembangan siswa dalam pembelajaran motorik,
dan dalam makalah ini akan membahas
tentang perkembangan siswadalampembelajaran motorik.
B.
Identifikasi
Masalah
Sesuai dengan judul makalah “Perkembangansiswa dalamPembelajaran Motorik”, maka dalam pembuatan makalah ini
penulis mendapatkan beberapa pembahasan yang diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pembelajaran motorik
2. Tahap perkembangan motorik
3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
4. Faktor yang
mempengaruhi pembelajaran motorik
5. Tahap perkembangan siswa dalam pembelajaran motorik
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis
merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pembelajaran motorik?
2. Apa saja tahap perkembangan motorik?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik ?
4. Apa saja faktor
yang mempengaruhi pembelajaran motorik ?
5. Bagaimana tahap perkembangan siswa dalam pembelajaran
motorik?
D.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan secara khusus pembuatan makalah ini untuk
memperoleh info mengenai:
1. Memahami pengertian pembelajaran motorik.
2. Mengetahui tahap perkembangan motorik.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan
motorik
4. Mengetahui faktor
yang mempengaruhi pembelajaran motorik
5. Mengetahui bagaimana tahap perkembangan siswa dalam
pembelajran motorik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran
Motorik
Setuditentangmotorikmanusiatidakterlepasdenganilmugerak,
kinesiologi, performance manusia, pendidikanjasmani, danbody movement.Perilakugerak (motor
behavior) merupakan sup disiplin yang
menekankanmenekankanpadainvestigasimengenaiprisip-prinsipperilakumanusiayaituteorigerak,
belajargerak, danperkembangangerak.(HeriRahayubi ;207)
Konsep pembelajaran gerak merupakan dasar bagi
pelaksanaan proses pembelajaran dan pelatihan gerak atau keterampilan gerak.
Pengertian yang mantap dalam hal hakikat dan definisi pembelajaran gerak
merupakan bantuan yang sangat berguna bagi guru penjas.
Proses
pembelajaran tampaknya terjadi setiap waktu, hampir dalam segala aspek yang
dikuasai sekarang, semuanya terjadi karena proses belajar. Coba bayangkan
kembali proses pembelajaran ketika mempelajari keterampilan berenanggayabebas. Apakah seseorang langsung
dapat melakukanrenanggayabebas
?
Jawabannya adalah “tidak”. Ketika seseorang belajar berenangapalagimenggunakangaya, pada
waktu masih kecil atau pada saat sudah dewasa, kesulitan pasti timbul. Gerak
yang dihasilkan tidak akan didapat
secara otomatis, seperti dapat mengerakan
kaki dengan mulus danbenarketika
pertama kali mencoba. Paling sedikit, keseimbangan akan terganggu, apalagi
ketika harus mengayuhtangan.
Hanya setelah mencoba beberapa kali, bahkan ratusan kali, barulah kemampuan
terlihat nyata.
Berdasaran kasus pembelajaran di atas, maka
setidaknya ada dua hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan: Pertama, untuk
menguasai sesuatu kita perlu mencapainya melalui proses belajar. Kedua, belajar
merupakan proses yang memerlukan waktu, dan hasilnya sebanding dengan usaha
yang dilakukan.
Ketika seseorang mempelajari keterampilan gerak,
perubahan nyata yang terjadi adalah meningkatnya mutu keterampilan itu. Ini
dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan melihat skor yang
dihasilkan, atau dengan melihat keberhasilan melakukan gerak yang tadinya belum
dikuasai. Tetapi yang terjadi sebenarnya bukan hanya itu, sebab ada perubahan
tambahan atau pengalihan kemampuan yang mendasari penampilan pada penguasaan
keterampilan yang baru. Perbaikan kemampuan inilah yang membuat penampilan
betambah baik.
Apakah semua keterampilan yang dikuasai oleh manusia
adalah benar-benar hasil belajar? Bagaimana dengan keterampilan gerak yang
dikuasai sejak kecil? Jelas! kecuali gerakan refleks, semua gerakan
manusia, termasuk berjalan, berlari, memegang, dan semua keterampilan lainnya
adalah hasil belajar. Refleks adalah respons yang proses terjadinya
tidak melalui pusat kesadaran.
Kapan seseorang mempelajarinya? Tentu ketika kita
masih kecil, sebagian bahkan dipelajari ketika kita masih bayi.
Kemampuan-kemampuan yang dipelajari dimasa lalu dan sekarang, akan mempengaruhi
keterampilan yang akan kita miliki di masa-masa mendatang.
Berdasarkan beberapa penjelasan dan contoh di atas,
maka pembelajaran gerak dapat didefinisikan sebagai berikut:Pembelajaran gerak adalah serangkaian proses
yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang akan menyebabkan
perubahan dalam kemampuan individu untuk bisa menampilkan gerak yang terampil.
Definisi di atas, mengandung 3 aspek penting yang
harus dikemukakan sebagai berikut:
a. Belajar dipengaruh latihan atau pengalaman
Perkembangan kemampuan memang dapat terjadi tanpa
berlatih. Kemampuan tersebut berkembang misalnya, karena pengaruh kematangan
dan pertumbuhan. Perubahan kemampuan ini tentu akan miningkatkan keterampilan,
namun hanya sampai pada batas minimal.
Contoh sederhana kasus ini adalah keterampilan
berlari. Tanpa berlatih dalam arti sebenarnya, kemampuan berlari tetap akan
berkembang karena adanya pengaruh kematangan. Siapapun anak yang normal pasti
akan dapat melakukan ini tanpa harus berlatih. Namun perlu dipertanyakan sampai
di manakah tingkat keterampilan ini dapat berkembang jika tidak dilatih khusus.
Perubahan keterampilan karena faktor kematangan, jelas
tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Hal ini disebabkan perubahan
tersebut bukan karena hasil latihan. Dalam definisi di atas dikatakan bahwa
perubahan yang terjadi harus melibatkan adanya latihan atau pemberian
pengalaman tertentu.
Jadi membiarkan anak berkembang keterampilannya tanpa
memberinya pengalaman yang berguna, sama halnya dengan tidak memberi kesempatan
pada anak untuk belajar. Anak tidak akan sampai pada keadaan “terampil” dan
kemampuan yang mendasarinya tidak akan berkembang sempurna.
Prinsip 1 : Belajar
gerak selalu melibatkan proses latihan yang relatif dirancang secara sengaja.
Latihan adalah proses pengulangan memberi pengalaman coba dan gagal.
b. Belajar tidak langsung dapat diamati
Ketika latihan berlangsung, terjadi banyak perubahan
dalam system saraf pusat. Perubahan tersebut terjadi karena penganyaman
berbagai kemampuan dan pengalaman gerak dalam system memori otak. Proses inilah
yang biasanya memantapkan perubahan yang terjadi menjadi relatif menetap.
Proses demikian umumnya tidak bisa langsung dapat diamati. Apa yang bisa
dilakukan adalah melihat perubahan-perubahan yang terjadi lewat penampilan
geraknya. Latihan menyebabkan adanya perubahan “papan panel” di dalam otak
berbentuk perbaikan program gerak, sehingga gerak yang ditampilkan tampak
menjadi lebih baik.
Bukti adanya perubahan inilah yang harus dijadikan
pegangan oleh guru atau pelatih bahwa belajar telah terjadi. Bukti ini
hendaknya menuntun guru atau pelatih agar mampu memberikan pengalaman yang
lebih berarti bagi orang sedang belajar. Konsekuensi lainnya adalah bahwa guru
atau pelatih perlu mengetahui adanya perubahan itu dengan cara mengenali
kemampuan belajar pada titik awal pembelajaran dan kemampuan yang dicapai. Dengan
demikian dapat diukur penambahan atau perubahannya.
Prinsip 2 :Proses
belajar terjadi di dalam system saraf pusat yang tidak nampak. Pemantauan
proses belajar dilakukan melalui perubahan yang terjadi dalam tingkat
penampilan (performa).
c. Perubahan yang terjadi relatif menetap
Perubahan yang terjadi dalam penampilan dapat dianggap
sebagai hasil belajar, jika perubahan tersebut bersifat menetap. Ini perlu
ditekankan, karena jika hanya berpedoman pada perubahan yang terjadi dalam
penampilan bisa menyesatkan. Banyak perubahan dalam penampilan yang terjadi
oleh sebab lain, yang sifatnya baik sementara maupun menetap.
Perubahan dalam diri individu dapat diibaratkan air
dan telur. Air akan mendidih jika dipanaskan, sehingga bentuknya berubah dari
bentuk semula. Ketika air itu dingin kembali, wujudnya akan berubah kembali
menjadi air. Tidak ada ciri yang bisa menandai bahwa air itu pernah berubah.
Itulah ibarat orang yang berubah penampilannya, tetapi hanya sesaat.
Berbeda halnya dengan telur. Telur akan matang jika
direbus. Wujudnya sudah berubah total dari keadaannya semula. Perubahan itu
bersifat menetap, walaupun telur
didinginkan kembali. Telur itu sudah berubah dari
telur mentah menjadi telur matang.
Orang yang belajar mengikuti perumpamaan telur di
atas. Proses belajar akan merubahnya menjadi orang yang berbeda. Luarnya tetap
sama, tetapi kemampuannya sudah berubah. Kemanapun orang itu pergi, dalam
kondisi apapun ia berada, kemampuan tetap akan melekat.
Contoh paling nyata dalam kasus ini adalah keterampilan
bersepeda . Keterampilan bersepeda tidak akan hilang sampai kapanpun jika
sebelumya sudah dikuasai dengan baik. Masih banyak contoh lain yang bisa
dikemukakan. Faktor penting yang perludiyakini di sini adalah latihan akan
mempengaruhi penampilan secara menetap. Perubahan kemampuan itu akan menjadi
ciri dari orang yang telah belajar, dan akan berguna ketika suatu waktu
dibutuhkan.
Prinsip 3 :Perubahan
kemampuan hasil dari belajar bersifat menetap dan tidak mudah hilang.
B.
Tahap Perkembangan Motorik
Tahapan Perkembangan Motorik
1. Tahap Pra Keterampilan.
a.
Gerak refleks: pada bayi baru lahir dan anak-anak.
b. Penggabungan sensor/integrasi
sensorik: pada bayi baru lahir dan anak-anak.
c. Pola gerakan
dasar: pada anak-anak.
2. Tahap Pengembangan Keterampilan.
a. Perbaikan
keterampilan: pada usia remaja.
b. Penampilan
keterampilan: pada usia remaja akhir (akhir remaja).
c. Kemunduran penampilan: pada usia dewasa.
Tingkatan Refleksif
Aktivitas
refleksif dianggap unit yang paling sederhana dari otot syaraf. Gerakrefleks
adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang mengirimkan suatutanda
sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut otot. Biasanyadikendalikan
oleh syaraf tulang belakang. Gerak ini merupakan aktivitas yangtanpa disadari.
Tingkatan Integrasi
Sensoris
Gerakan
pada bayi dimulai dengan gerakan kasar dan tidak terkoordinasi.Merupakan
gerakan terkendali yang dini dan cenderung kasar dan tidak teratur,yang
berdasarkan pada kematangan dan terjadi dalam urutan yang dapatdiramalkan.
Kemajuan dalam mengatur otot akan mengurangi gerak reflekskarena pusat otak
lebih besar perannya saat merespon input. Bayi belajar dariinput gerak yang
sederhana lalu mengintegrasikannya dari penerima sensorkemudian bayi mulai
belajar cara meresponnya, dalam tahap inilah bayi belajarmembentuk gerak yang
efisien.
Perkembangan Pola Gerak
Dasar
Awal
masa anak-anak (usia 2-8 tahun) ditunjukkan oleh pencapaian danpengembangan
yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks.Gerak dasar yang terjadi
meliputi gerak lokomotor, non lokomotor dan manipulatif.
Perbaikan/Penghalusan
Keterampilan
Keterampilan
merupakan penampilan motorik pada taraf yang tinggi, dan terasaenak dipandang .
Keterampilan ditandai dengan gerakan yang terkoordinasi,halus, dan estetis.
Tahap Penampilan
Penampilan
merupakan puncak dari dari tahap perkembangan motorik. Padatahap ini pola gerak
yang sudah ada pada seseorang sudah sedikit menetap danbahkan apabila diubah
dari pola yang sering dilakukan akan menyebabkanmenurunnya penampilan.
Pola Kemunduran
Kemunduran
terjadi setelah mengalami puncak penampilan, karena terjadinyapenuaan.
Perubahan yang terjadi pada masa penuaan meliputi perubahan yangberhubungan
dengan anatomis dan fisiologis, diantaranya: cardiovaskuler,respirasi, otot dan sendi, tulang dan komposisi
tubuh
C.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Motorik
1.
Kematangan Kemampuan
anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf
yangmengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang
ada di pusat susunansyaraf belum
berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol
gerakan-gerakanmotorik. Pada usia ± 5 tahun syaraf-syaraf ini sudah mencapai
kematangan, dan menstimulasiberbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar
mengontrol gerakan motorik kasar, seperti berjalan,berlari, melompat dan
berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan otot-otot halusyang
mengontrol kegiatan motorik halus, seperti menggunakan jari-jari tangan untuk
menyusunpuzzel , memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin
atau tanah liat, dan sebagainya.
2.
Urutan Pada usia 5
tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks,
yaitukemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan motorik dengan seimbang seperti
berlari sambi lmelompat, mengendarai sepeda.
3.
Latihan Beberapa
kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya perlu
dilakukan latihan dengan bimbingan guru. Banyak latihan motorik kasar
maupun motorik halus. Kebutuhan untuk bergerak dan kebutuhan untuk mengungkapkan
perasaan terdapat pada tiapinsan sejak dilahirkan. Kedua kebutuhan tersebut
dapat disalurkan dengan bermain, melalui prgorampelatihan gerakan bagi anak
usia dini.
4.
Motivasi Motivasi
yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang datang
dariluar. Misalnya, dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan
berbagai kegiatan gerakmotorik serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana
yang dibutuhkan anak.Pengaruh kesempatan dan kebebasan anak untuk bergerak pada
usia muda mengandungimplikasi terhadap pentingnya perkembangan keterampilan
gerak anak. Kurangnya kesadaran orangdewasa termasuk guru-guru akan hal ini
mengakibatkan langsung terhadap berkurangnya keuntunganyang dapat diperoleh,
terutama untuk mencegah pengaruh yang menghambat tumbuh-kembang anaksecara
keseluruhan.
5.
Pengalaman
Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Latihan
danpendidikan gerak pada anak usia dini lebih ditujukan bagi pengayaan gerak,
pemberian pengalamanyang membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira
anak.
D. Faktoryang Mempengaruhi Pembelajaran Motorik
Ada beberapahal yang mempengaruhi proses
pembelajaranmotorikantaralain :
·
Faktorindividu,
berkaitandenganpotensi, bakat, kemampuan, dankemauanseorangpembelajar.
·
Lingkungan,
yaitusoalkondusifatautidaknyatempatdanlingkungandimanaseseorangmelakukan proses
pembelajaranmotorik.
·
Peralatandanfasilitas,
menyangkuttersedianyaalatatausaranadanprasarana yang
memadaiuntukmenunjangkelancaran proses pembelajaramotorik.
·
Faktorpengajarataufasilitatoradalahsejauhmanaseorangpengajarmampumemandudanmenciptakansuasanasehingga
proses pembelajaranmotorikbisaberjalandenganbaikdansukses.
Empathalitusalingberkaitanuntukmewujudkan
proses pembelajaranmotorik yang optimal. Jikaempathalinitidakmencukupi,
makakemungkinanbesarproses pembelajaranmotorikberjalankuranglancarsehinggahasi
pun tidakmaksimalataubahkanburuk.
E.
Tahap
Perkembangan Siswa dalam Pembelajaran Motorik
Menerapkan
teori aplikasi pengajaran motorik disekolah tentu tidak bisa dijalankan secara
sembarangan. Sebab , ada persiapan teknis tertentu yang harus dilakukan oleh
guru sebelum melakukan pembelajaran motorik bagi siswanya tugas seorang guru dalam memberikan
pembelajaran motorik salah satunya adalah dengan menyusun strategi dan persiapan
teknis dalam memberikan pembelajaran.
Persiapan
teknis pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah harus disesuaikan dengan
yang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Pemahaman terhadap siswa
diarahkan kepada persoalan tentang seberapa jauh siswa sudah mengenal
keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran motorik. Kemudian demi
kelancaran perancangan tugas yang akan diberikan kepada siswa disekolah , guru
perlu mengenal tahapan dalam pembelajaran motorik. Misalnya , dalam pelajaran pendidikan
jasmani, berdasarkan pengenalan para siswa terhadap pengalaman gerak, pembelajaran
motorik dalam pendidikan jasmani dapat dikelompokan dalam tiga tahapan, yaitu :
1.
Tahapan
pemahaman konsep gerak
Pada
tahapan pertama ini, tugas yang harus dilakukan oleh siswa merupakan tugas yang
benar-benar baru . bagi mereka yang mengikuti pembelajaran motorik mereka akan
dipersulit oleh berbagai keputusan harus dibuat seperti berikut :
a.
Bagaiman cara
berdiri dalam sikap yang baik ?
b.
Dimana lengan harus disiapkan ?
c.
Kapan geraka
harus dimulai ?
d.
Kemana pandangan
harus diarahkan ?
Oleh karena itu pada tahapan ini
guru harus sering memberikan instruksi, demonstrasi, film, dan informasi lisan
lainya yang sangat berguna bagi siswa. misalkan dalam pembelajaran baris-berbaris,
maka guru tidaka hanyamemberikan penjelasan mengenai cara berbaris yang baik,
melainkan ia juga harus melakukan baris-berbaris dengan mereka agar bisa
melihat contoh yang kongkret.
2.
Tahapan gerak (motor stage)
Dalam
tahapan ini, mereka telah berhasil memecahkan masalah-masalah pemahaman tentang
tugas, instruksi yang diberikan, atau
arahan-arahan yang telah diberikan oleh guru.
Sehingga fokus mereka berpindah ke pengorganisasian pola gerak yang
lebih efektif untuk meningkatkan aksi. Misalnya, jika pembelajaran motorik
berkaitan dengan senam pagi maka dalam tahapan ini mereka telah menguasai
bentuk dan urutan gerak.
Guru
bisa melihat indikasi bahwa para siswa sudah memahami serta menguasai bentuk
dan urutan gerak dalam gerakan tubuh yang dilakukan oleh para siswa. pasalnya,
gerak tubuh merupakan wujud dari penguasaan gerakan.
3.
Tahapan otonom
Tahapan
berikutnya dalam pembelajarak gerak motorik disekolah adalah tahapan otonom .
tahapan ini akan dimasuki secara bertahap oleh para siswa setelah mereka banyak
melakukan latihan. Tahapan otonom meliputi gerakan yang otomatis. Dengan kata
lain, ketika para siswa telah memasuki tahapan otonom dalam pembelajaran
motorik, mereka akan melakukan gerakan secara refleks tanpa dipikirkan
sebelumnya. Pasalnya, gerakan mulai muncul hanya karena ada rangsangan, tanpa
instruksi atau arahan dari guru.
Seorang
siswa dapat memasuki tahapan otonom dalam pembelajaran motorik di sekolah
disebabkan oleh meningkatnya otomatisasi indra dalam menganalisis pola-pola
lingkungan. Haal ini dilandasi oleh beberapa pokok yaitu :
a.
Menurunya
tuntutan perhatian seorang siswa terhadap cara pelaksanaan gerak. Artinya ia
tidak lagi memikirkan lagi cara bergerak, posisi bergerak dan lain-lain
b.
Pada saat yang
sama, seorang siswa telah bebas dari kegiatan kognitif tingkat tinggi. Dengan
kata lain , untuk melakukan sebuah gerakan ia tidak perlu memikirkannya
dengan panjang lebar.
c.
Seorang siswa
telah memiliki keyakinan dalam mengambil keputusan gerakan yang akan
dilakukanya secara benar.
d.
Seorang siswa
juga dapat meningkatkan bentuk dan gaya dalam gerakan ,sehingga setiap gerakan
yang dilakukan diiringi dengan dengan penguasaan yang sangat mendalam.
e.
Keyakinan diri
dan kemampuan untuk menilai kesalahan sendiri lebih terkembangkan. Artinya,
ketika siswa dapat memasuki tahapan otonom dalam pembelajaran motorik disekolah
yang disebabkan oleh otomatisasi indra, maka pada saat bersamaan , ia telah
mampu merasakan atau mengidentifikasi benar atau tidaknya tindakan yang
dilakukan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
proses pembelajaran motorik banyak faktor yang
dapat mempengaruhi hasil
pemebelajarann itu sendiri. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran motorik
harus diperhatikan tahapan-tahapan
pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Persiapan teknis dalam
pembelajaran motorik disekolah harus disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang
ada. Keberhasilan mereka dalam memahami dan menguasai keterampilan motorik
tergantung pada tahapan-tahapan yang harus dilalui jika mereka berhasil
melewati tahapan-tahapan tersebut secara sempurna maka mereka akan berhasil
menguasai materi pembelajaran motorik yang diberikan.
B. Saran
Seorang
pendidik harus mengerti betul tentang karakteristik anak didiknya , karena
setiap peserta didik mempunyai karakteristik atau kemampuan motorik yang
berbeda-berbeda. Oleh karena itu bagi peserta didik harus benar-benar
dipersiapkan strategi pembelajaran yang baik untuk meningkatkan kemampuan
motorik siswa tersebut demi menunjang keberhasilan seorang anak teresebut
didalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Decaprio, Richard. (2013). Aplikasi teori pembelajaran motorik di
sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Heri Rahyubi. (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi
pembelajaran motorik deskripsi dan tinjauan kritis. Bandung: Nusa media.
Lutan Rusli. (2002). Belajar keterampilan motorik, pengantar
teori dan metode. Jakarta : Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar