Entri yang Diunggulkan

Hasil observasi di TK

BAB I PENDAHULUAN A.             Latar Belakang Proses belajar mengajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan, ...

Selasa, 28 Juni 2016

PENGARUH AKTIVITAS FISIK TERHADAP FUNGSI TUBUH MANUSIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktivitas otot – otot yang mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas-aktivitas manusia memerlukan energi yang besarnya tergantung pada besar dari beban kegiatan yang dilakukan dan kemampuan fisik dari masing-masing individu. Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas selama bekerja, tidur, dan pada waktu senggang. Aktivitas fisik merupakan kerja fisik yang menyangkut sistem lokomotor tubuh yang ditujukan dalam menjalankan aktivitas hidup sehari-harinya, jika suatu aktivitas fisik memiliki tujuan tertentu dan dilakukan dengan aturan aturan tertentu secara sistematis seperti adanya aturan waktu, target denyut nadi, jumlah pengulangan gerakan dan lain-lain disebut latihan.
Olahraga merupakan salah suatu aktivitas fisik yang teratur dan terstruktur untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Pada dasarnya, olahraga tidak sekedar menggerakkan anggota tubuh, tetapi segala bentuk kegiatan olahraga ini mempunyai fungsi masing-masing. Misalnya, seorang atlet lari yang ingin melatih kekuatan otot kaki tidak mungkin juga akan melatih otot lengan karena dianggap tidak efisien waktu dan kurang spesifik latihannya. Jadi suatu gerakan pastilah mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut akan tercapai apabila gerakan tersebut dilakukan dengan benar dan tepat. Analisis gerakan dilakukan berpedoman menggunakan ilmu anatomi dan fisiologi olahraga. Dengan mempelajari ilmu anatomi dan fisiologi olahraga dapat diketahui sistem alat gerak apa yang akan digunakan dan pengaruh gerakan terhadap organ tubuh, jadi tujuan latihan yang dilakukan optimal dan mengena pada sasaran.
            Dengan berolahraga akan terjadi perubahan-perubahan pada organ-organ tubuh. Perubahan pada organ-organ tubuh ini bisa terjadi karena akibat pengaruh dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Dari perubahan yang terjadi bisa dianalisis menggunakan ilmu anatomi dan fisiologi olahraga, sehingga bisa diketahui sistem organ tubuh apa yang bekerja lalu perubahan organ-organ tubuh seperti apa yang terjadi. Setelah gerakannya dianalisis, hasilnya bisa untuk menentukan program latihan. Program latihan yang baik adalah program latihan mampu merangsang fungsi organ tubuh, selain itu juga memperhatikan beberapa prinsip dasar latihan, diantaranya: prinsip beban berlebih, tahanan berlebih, susunan berlebih, spesifitas, latihan beraturan, kembali keasal, dan individualitas.  
Dilihat dari sisi anatomi, aktivitas fisik berupa olahraga menimbulkan gerakan yang dapat dianalisis bahwa gerakan tersebut terjadi karena sistem alat gerak. Lalu muncul pertanyaan,”Bagaimana bisa terjadi gerakan?” jika pertanyaannya seperti itu maka hanya bisa dijawab dengan ilmu anatomi. Banyak sekali cakupan dalam Anatomi tubuh manusia, yang sering kita kenal adalah susunan tulang, sendi, serta arah pergerakannya. Padahal dalam cakupan yang luas anatomi manusia meliputi system alat gerak, system syaraf, system indera, system pernafasan, system pencernaan, system peredaran darah, system ekskresi, serta system reproduksi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, agar lebih spesifik jawabannya maka bisa menggunakan ilmu anatomi dengan cakupan sistem alat gerak. Sistem kerja gerakan manusia terjadi karena ada otot yang bekerja, otot akan berkontraksi atau berkerut. Dasar terjadinya kontraksi adalah adanya elemen kontraktil otot (aktin dan myosin) sebagai respon terhadap adanya impuls syaraf motorik yang diterima oleh motor end plate  yang akan menimbulkan terjadinya pemendekan fibra otot. Adanyya pemendekan fibra otot akan menimbulkan pemendekan dari fasciculi yang pada akhirnya terjadi kontraksi otot (gerak). Dilihat dari otot dapat menimbulkan gerakan terhadap suatu sendi, maka otot harus berkontraksi dan menyilangi sendi. Arah gerakan tergantung aksis sendi yang disilangi. Bila otot menyilangi aksis transversal maka akan menimbulkan gerakan antifleksi-dorsofleksi atau fleksi dan ekstensi. Bila otot menyilangi aksis sagital maka akan menimbulkan gerakan adduksi-abduksi, dan bila otot menyilangi aksis longitudinal akan menimbulkan gerakan rotasi (eksorotasi-endorotasi, atau pronasi-supinai).
Dilihat dari sisi fisiologi, aktivitas fisik berupa olahraga menimbulkan perubahan terhadap organ-organ tubuh manusia. Perubahan yang terjadi misalnya terjadi efesiensi kerja jantung, peningkatan elastisitas pembuluh darah, peningkatan kapasitas paru-paru, meningkatnya kekuatan, kelentukan, dan daya tahan otot, dll. Hal tersebut perlu disadari dan dipahami bahwa perubahan fungsi organ-organ tubuh dikarenakan pengaruh melakukan pelatihan olahraga, baik untuk tujuan kesehatan maupun untuk tujuan prestasi. Peningkatan kemampuan dasar (kemampuan fisik) dan kemampuan keterampilan (kemampuan teknik) menjadi tuntutan latihan kecabangan olahraga untuk mencapai tingkat kemampuan yang maksimal. Peningkatan kemampuan sampai batas maksimal akan menimbulkan perubahan fungsi organ-organ tubuh yang besar pula, maka perubahan fungsi organ-organ tubuh itu akan menimbulkan faktor resiko terjadinya cedera. Dengan penerapan ilmu fisiologi, aktivitas fisik atau pelatihan akan dilakukan secara aman dan efisien, tanpa kekhawatiran akan terjadi cedera karena pelatihan direncanakan dan dilaksanakan dengan ilmiah dan akurat.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah:
1.        Apa hakikat ilmu anatomi dan fisiologi dalam olahraga?
2.        Apa pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi organ tubuh jika dilihat menggunakan ilmu anatomi dan fisiologi olahraga?
3.        Bagaimana prinsip dasar latihan yang menerapkan ilmu anatomi dan fisiologi olahraga?
C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa saja dan bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi organ tubuh jika dilihat menggunakan ilmu anatomi dan fisiologi olahraga sehingga dapat diketahui prinsip dasar dalam membuat program latihan.
D.    Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1.        Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui tentang pengaruh aktivitas fisik terhadap fungsi organ tubuh jika dilihat menggunakan ilmu anatomi dan fisiologi olahraga sehingga dapat diketahui prinsip dasar dalam membuat program latihan.
2.        Bagi Dosen Pengampu Mata Kuliah
Diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan penulis, mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan tentang ilmu anatomi dan fisiologi olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
           Mempelajari tubuh manusia melibatkan beberapa ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu menyumbangkan pengetahuan untuk melengkapi pemahaman tentang bagaimana tubuh manusia dapat bekerja dan apa yang terjadi seandainya tubuh kita terluka, sakit, atau berada dibawah tekanan tertentu.
Dua cabang ilmu di antaranya yang dapat membantu memahami bagian tubuh kita beserta fungsinya adalah Anatomi dan Fisiologi tubuh manusia. Anatomi mengacu pada studi tentang struktur dan hubungan antara struktur. Fisiologi mengacu pada fungsi-fungsi bagian tubuh, yaitu bagaimana bagian tubuh itu bekerja. Dengan begitu fisiologi tidak dapat dipisahkan dari anatomi, oleh karena itu untuk mempelajari dan memahami tubuh manusia, kita harus mempelajari struktur dan fungsi secara bersama-sama, sehingga kita akan dapat melihat bagaimana setiap struktur tubuh telah tercipta untuk suatu fungsi tertentu. Struktur bagian seringkali menentukan fungsi yang akan tampil, sebaliknya fungsi seringkali mempengaruhi ukuran, bentuk, serta kondisi kesehatan struktur (Soedjono Basoeki, 1988: 1).
1.   Olahraga
Santoso Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik (2013: 36) menyatakan bahwa olahraga adalah budaya manusia, artinya tidak dapat disebut ada kegiatan olahraga apabila tidak ada faktor manusia yang berperan secara ragawi/pribadi melakukan aktivitas olahraga itu. Contoh: aduu domba bukan olahraga karena manusia tidak berperan secara ragawi dalam adu itu. Manusia hanya sebagai penyelenggara. Tetapi tinju, pencak silat, karate, dan sejenisnya adalah olahraga, karena memang manusia melakukan itu secara ragawi, secara pribadi, artinya atas kemauan sendirir. Balap (ber) kudaa adalah olahraga, karena kuda tidak berlari atas kemauan sendiri, tetapi menuruti kemauan//kendali sang joki.
Santoso Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik (2013: 37) juga memberikan gambaran olahraga dari sudut pandang Ilmu Faal Olahraga, Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannya melakukan olahraga. Santoso Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik (2013: 37) membedakan olahraga berdasarkan sifat atau tujuannya yaitu:
·         Olahraga prestasi                                 Olahraga sebagai tujuan
·         Olahraga rekreasi
·         Olahraga kesehatan                             Olahraga sebagai alat untuk mencapai
·         Olahraga pendidikan                           tujuan
Dilain pihak J.S.Husdarta (2011 :148-149) menjelaskan penggolongan istilah olahraga yang ditinjau dari tujuannya, diantaranya sebagai berikut:
1.      Olahraga pendidikan
Ketika seseorang atau sekelompok orang melakukan olahraga dengan tujuan pendidikan maka semua aktivitas gerak diarahkan untuk memenuhi tuntutan tujuan-tujuan pendidikan. Olahraga yang bertujuan untuk pendidikan ini identik dengan aktivitas pendidikan jasmani yaitu cabang-cabang olahraga sebgai media pendidikan.
2.      Olahraga rekreasi
Olahraga rekreasi adalah sesuatu kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang sehingga pelaku memperolah kepuasna secara emosional seprti kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan, serta memperoleh kepuasan secara fisik fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh, sehingga tercapainya kesehatan secara menyeluruh.
3.      Olahraga prestasi
Olahraga prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan den dikelola secara professional dengan tujuan untuk memperolah prestasi yang optimal pada cabang-cabang olahraga yang merupakan olahraga prestasi.
4.      Olahraga rehabilitasi/kesehatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk pengobatan atau penyembuhan biasanya dikelola oleh tim medis dan hanya untuk kelompok tertentu seperti penderita penyakit jantung, kornea, penderita asma, penyembuhan setelah cidera, dan penderita penyakit lainya yang dianjurkan oleh dokter.
            Seperti halnya makan, olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan, artinya harus selalu diulang dan diulang. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya, maupun kemampuannya bersosialisasai dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or daripada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson: Children in sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A and Fitch,K.D., 1992, dikutip  Santoso Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik, 2013: 87-88)

2.   Anatomi
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh manusia, berasal dari bahasa Yunani “ana” yang berarti habis atau ke atas dan “tomos” yang berarti memotong atau mengiris. Maksudnya Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh (manusia) dengan cara menguraikan tubuh (manusia) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sampai bagian yangpaling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh (manusia) kemudian diangkat, dipelajari, dan diperiksa menggunakan mikroskop (Tim Anatomi FIK UNY dalam diktat Anatomi Tubuh Manusia).
Menurut Evelin Pearce (1973) di dalam buku terjemahan Sri Yuliani Handoyo (1983: 1) Anatomi atau ilmu urai mempelajari susunan tubuh dan hubungan bagian-bagiannya satu sama lain. Anatomi regional mempelajari menurut letak geografis bagian tubuh. Dan setiap region atau daerah, misalnya lengan, tungkai, kepala, dada, dan seterusnya ternyata terdiri atas sejumlah struktur atau susunan yang umum didapati pada semua region. Struktur itu ialah tulang, otot, saraf, pembuluh darah dan seterusnya. Dengan dassar penelaahan seperti itu maka dijumpai sejumlah sistem jaringan yang berbeda-beda. Tentang hal itu semuanya dikelompokkan bersama dan diterangkan dalam bab Anatomi Sistematik.
 Mempelajari letak dan hubungan satu bagian tubuh tidak dapat terpisahkan dari pengamatan tentang kegunaan setiap struktur dan sistem jaringannya. Hal ini membawa kita ke penggunaan istillah anatomi fungsionil yang bertalian erat dengan fisiologi atau ilmu faal. Kemudian diketahui bahwa ada struktur-struktur tertentu yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Maka diperkenalkanlah istilah anatomi makroskopik untuk membedakannya dari anatomi mikroskopik yang memerlukan penggunaan mikroskop. Bertalian erat dengan anatomi ialah histologi atau ilmu tentang struktur halus dari tibuh dan sitologi ilmu tentang sel (Evelin Pearce (1973) di dalam buku terjemahan Sri Yuliani Handoyo, 1983: 1)
Anatomi tubuh manusia adalah serangkaian pengetahuan tentang susunan dari bagian-bagian beserta perlengkapan tubuh membentuk suatu sistem fungsional dalam keadaan normal (Syaifuddin, 2011:1).
Menurut Syaifuddin (2011:7) struktur anatomi tubuh manusia dibagi menjadi:
1.      Struktur anatomi makroskopis
Pembagian anatomi dari atas ke bawah meliputi:
a.       Kepala
b.      Leher
c.       Badan
·         Rongga dada
·         Rongga perut
·         Rongga pelvis
d.      Anggota gerak
·         Anggota gerak atas
·         Anggota gerak bawah
2.      Struktur anatomi mikroskopis
a.       Sel adalah bagian terkecil dari makhluk hidup (tubuh manusia) yang tidak bisa dilihat dengan mata dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop.
b.      Jaringan adalah sekumpulan sel yang serupa bentuk, besar, dan pekerjaannya yang terikat menjadi satu.
c.       Organ adalah sekumpulan bermacam-macam jaringan yang menjadi satu dan mempunyai fungsi khusus
d.      Sistema (susunan tubuh) adalah suatu susunan dari organ-organ yang mempunyai pekeerjaan tertentu. Sistema terdiri atas:
·         Sistem kerangka dan otot (muskuloskeletal)
·         Sistem pernapasan (respiratori)
·         Sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
·         Sistem pencernaan (digestif)
·         Sistem kelenjar buntu (endokrin)
·         Sistem perkemihan(urinaria)
·         Sistem reproduksi
·         Sistem persarafan (nervosa)
·         Sistem pegnindraan
·         Sistem kulit (integumen)
Tim Anatomi FIK UNY membatasi bahwa Anatomi untuk memperdalam atau memahami ilmu gerak adalah anatomi macroscopia (makroskopis) yang tergolong dalam anatomi systematica yang meliputi:
1.      Osteologi
Cabang ilmu dari anatomi yang mempelajari tentang tulang.
2.      Arthrologi
Cabang ilmu dari anatomi yang mempelajari tentang sendi.
3.      Myologi
Cabang ilmu dari anatomi yang mempelajari tentang otot.
4.      Anatomi Regional
a.       Extremitas Superior
Mempelajari alat gerak anggota badan bagian atas
b.      Extremitas Inferior
Mempelajari alat gerak anggota badan bagian bawah
c.       Trunchus
Mempelajari alat gerak batang badan
Prinsip-prinsip terjadinya suatu gerakan menurut Tim Anatomi FIK UNY diantaraya:
1.    Untuk dapat menimbulkan gerakan, otot harus “berkontraksi” dan harus menyilangi sendi, kecuali otot-otot yang melekat pada kulit atau organ tubuh seperti otot wajah.
2.    Gerakan oleh kontraksi otot terjadi dari insersio menuju ke origo.
3.    Sendi bisa hanya mempunyai satu aksis, tetapi bisa juga mempunyai lebih dari satu aksis.
4.    Posisi persilangan otot terhadap aksis sendi berpengaruh pada arah gerakan sendi pada aksis tersebut.
Misalnya:
·      Aksis Sagital menimbullkan gerakan adduksi-abduksi
·      Aksis Transversal menimbulkan gerakan fleksi-ekstensi, atau antifleksi-dorsofleksi
·      Aksis Longitudinal menimbulkan gerakan eksorotasi-endorotasi, atau pronasi-supinasi
5.    Otot dapat menyilangi lebih dari satu aksis, sesuai dengan jumlah aksis pada sendi yang disilanginya.
6.    Otot juga dapat menyilangi satu sendi (monoarticuler), atau lebihdari satu sendi (poliarticuler). Otot yang menyilangi dua sendi lebih cepat mengalami kelelahan (insufisiensi otot aktif) bila sendi-sendi yang disilanginya bekerja bersama-sama. Sedangkan otot yang menyilangi satu sendi lebih lama mengalami kelelahan karena hanya bekerja pada satu sendi.
7.    Bidang gerakan otot selalu tegak lurus dengan aksisnya. Misalnya gerakan fleksi-ekstensi akan menimbulkan bidang “semu yang sisi-sisinya menghadap kesamping kanan dan samping kiri sehingga bidang ini akan tertembus tegak lurus oleh aksis transversal.
Gerakan anggota badan atau gerakan suatu persendian disebut berdasarkan arah atau posisinya terhadapbadan atau aksis sendi.
a.       Fleksio             : membengkokan
b.      Ekstensio         : meluruskan
c.       Adduksi          : menuju badan
d.      Abduksi          : menjauhi badan
e.       Rotasio            : gerak memutar, kearah luar (eksorotasi) dan kearah dalam (endorotasi)
f.       Sirkumduksio  : gerak sirkuler atau gerak sirkumferensial
g.      Supinasio         : gerak rotasio pada lengan bawah dengan telapak tangan mengarah kedepan/atas
h.      Pronasio          : gerakan rotasi pada lengan bawah dengan punggung tangan megarah kedepan/atas
i.        Elevasio           : gerakan mengangkat kearah kepala
j.        Depresio          : lawan dari elevasio
k.      Protusio
l.        Retrusio
m.    Inversio           : mengangkat pingggir medial kaki ke atas
n.      Eversio            : mengangkat pinggir lateral kaki ke atas

Description: D:\# MATA KUIAH S2\# Semester 1\P_20150928_202115_1.jpg
Gambar arah pergerakan 1
Description: D:\# MATA KUIAH S2\# Semester 1\P_20150928_202156_1.jpg
Gambar arah pergerakan 2
Description: D:\# MATA KUIAH S2\# Semester 1\P_20150928_202230_1.jpg
Gambar arah pergerakan 3

3.   Fisiologi
Fisiologi atau ilmu faal berasal dari dua kata yaitu “fisis” dan “logos”. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsional dari organ tubuh atau ilmu yang mempelajari bagaimana tubuh bekerja (Giri Wiarto, 2013: 1).
Menurut Evelin Pearce (1973) di dalam buku terjemahan Sri Yuliani Handoyo (1983: 1) Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam keadaan normal.
Menurut deVries, A.H. (1986) dalam buku Junusul Hairy (1989: 3) Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi organisme tubuh secara keseluruhan dan bagian-bagiannya.
Berbicara fisiologi, yang penting dan pokok adalah homeostasis. Homeostasis adalah kondisi lingkungan internal tubuh yang relatif konstan pada batas-batas tertentu. Agar sel-sel tubuh yang bertahan untuk tetap hidup, maka komposisi cairan yang mengelilinginya harus terpelihara dengan tepat sepanjang waktu. Bila homeostasis terganggu bisa berakibat untuk terjadinya sakit. Bila cairan tubuh tidak berada dalam keseimbangan lagi, maka bisa terjadi kematian (Soedjono Basoeki, 1988: 9-10)
Dalam fisiologi, yang dipelajari bukan bagian-bagian atau struktur tubuh mahkluk hidup, tetapi fungsi dan cara kerja organ-organ tubuh mahkluk hidup, sehingga secara keseluruhan Fisiologi dapat kita artikan sebagai : Ilmu yang mempelajari fungsi dan cara kerja organ-organ tubuh serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar tubuh.
            Fisiologi olahraga adalah bagian atau cabang dari Fisiologi yang khusus mempelajari perubahan fungsi yang disebabkan oleh latihan fisik. Di dalam fisiologi olahraga, mempelajari apa yang terjadi terhadap fungsi tubuh apabila seseorang melakukan latihan tunggal, dan bagaimana perubahan fungsi itu dapat terjadi. Kemudian perubahan apa yang terjadi setelah melakukan latihan berulang-ulang dan bagaimana perubahan fungsi tubuh itu berlangsung.  Lalu, apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan respon dan adaptasi tubuh terhadap latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu (Junusul Hairy, 1989:3).
Dilihat dari suudut Ilmu Faal, khususnya Ilmu Faal Olahraga, hakikat pelatihan olahraga adalah meningkatkan kemampuan fungsional sel, yang dengan sendirinya berarti juga meningkatkan kemampuan fungsional individu (manusia) yang bersangkutan (Santoso Giriwijoyo dan Dikdik Zafar Sidik, 2013: 3)
Ilmu faal olahraga adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia dan bagian-bagiannya pada waktu olahraga. Faal olahraga sebagai ilmu amalan (Applied Science) merupakan dasar dari ilmu kedokteran olahraga. Fisiologi olahraga sebagai salah satu disiplin ilmu kedokteran berusaha untuk mempelajari efek latihan terhadap tubuh, mempelajari bagaimana efisiensi tubuh manusia dapat diperbaiki dengan latihan, mempelajari metoda yang paling sesuai untuk menilai 13 perbedaan parameter fisik dan fisiologis dan mempelajari bermacam-macam tes yang cocok untuk mengukur keadaan kesegaran jasmani (Giam,1993 dalam Giri Wiarto, 2013: 2).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa fisiologi olahraga adalah ilmu dari Fisiologi yang secara khusus mempelajari tentang fungsi atau cara kerja organ tubuh dan perubahan yang dapat terjadi karena sebuah aktivitas fisik (gerak) atau latihan fisik (olahraga). Dalam hal ini tentunya akan dibahas pengkajian tentang: bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan fungsi organ tubuh dan apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan perubahan fungsi organ tubuh yang baik secara efektif dan efisien dengan program-program latihan fisik yang dilakukan?.

4.   Pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan fungsi organ tubuh
Aktivitas fisik berupa olahraga akan menimbulkan perubahan-perubahan pada organ-organ tubuh. Perubahan pada organ-organ tubuh ini bisa terjadi karena akibat pengaruh dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Perubahan fungsi organ-organ tubuh dikarenakan pengaruh melakukan pelatihan olahraga, baik untuk tujuan kesehatan maupun untuk tujuan prestasi. Peningkatan kemampuan dasar (kemampuan fisik) dan kemampuan keterampilan (kemampuan teknik) menjadi tuntutan latihan kecabangan olahraga untuk mencapai tingkat kemampuan yang maksimal. Peningkatan kemampuan sampai batas maksimal akan menimbulkan perubahan fungsi organ-organ tubuh yang besar pula, maka perubahan fungsi organ-organ tubuh itu akan menimbulkan faktor resiko terjadinya cedera. Perlu diketahui perubahan fungsi organ-organ tubuh agar aktivitas fisik atau pelatihan akan dilakukan secara aman dan efisien. Sumaryanti (2004: 2-4) memaparkan perubahan fungsi organ-organ tubuh akibat aktivitas fisik, diantaranya:
1.    Perubahan pada Jantung
Pengaruh aktivitas fisik terhadap jantung adalah terjadinya efesiensi kerja jantung hal ini dikarenakan jantung bertambah besar dan kuat, sehingga daya tampung besar dan denyutan bertambah kuat. Orang yang terlatih biasanya rata-rata permenitnya 60 kali detakan, sedangkan orang yang tidak melakukan olahraga rata-rata 80 kali/menitnya. Hal ini menunjukkan selisih 20 kali per menitnya, kalau dilihat selisihnya dalam sehari adalah 28.800 kali denyutan. Penghematan bagi orang yang berolahraga akan menjadikan jantung lebih awet dan boleh berharap hidup lebih lama dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
2.    Perubahan pada Pembuluh darah
Pengaruh aktivitas fisik terhadap pembuluh darah, pembuluh darah akan meningkat tingkat elastisitas, karena berkurangnya timbunan lemak dan penambahan kontraktil pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar jalannya darah dan mencegah timbulnya hipertensi. Kelancaran aliran darah juga akan mempercepat pembuangan zat-zat kelelahan sebagai sisa pembakaran, sehingga bisa diharapkan pemulihan kelelahan cepat.


3.    Perubahan pada Paru
Pengaruh aktivitas fisik terhadap paru-paru, paru-paru akan bertambah menjadi elastis sehingga kemampuan kembang kempis juga bertambah. Disamping itu juga jumlah alveoli yang aktif akan bertambah dengan adanya olahraga yang teratur.
4.    Perubahan pada Otot
Pengaruh aktivitas fisik terhadap otot, latihan fisik terhadap otot akan menambah kekuatan, kelentukan, dan daya tahan otot. Hal ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya sistem penyediaan energi otot. Lebih dari itu otot ini akan mendukung kelincahan gerak dan kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal kecelakaan dapat dihindari.
5.    Perubahan pada Tulang
Pengaruh aktivitas fisik terhadap tulang, latihan fisik menyebabkan aktivitas enzim pada tulang akan meningkat kepadatan, kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah keroposan tulang. Permukaan tulang akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang terus-menerus.
6.    Perubahan pada Ligamentum dan Tendo
Pengaruh aktivitas fisik terhadap legamentum dan tendo, latihan fisik pada ligamentum dan tendo akan menyebabkan meningkatnya kekuatannya. Hal ini akan membuat ligamentum dan tedo mampu menahan beban berat dan tidak mudah cidera.
7.    Perubahan pada Persendian dan Tulang rawan
Pengaruh aktivitas fisik terhadap persendian dan tulang rawan, latihan fisik yang teratur pada tulang rawan bertambah tebal di persendiannya, sehingga dapat menjadi peredam dan melindungi tulang dan sendi dari cedera.
8.    Perubahan pada Aklimatisasi terhadap Panas
Pengaruh aklimatisasi terhadap panas, aklimatisasi terhdap panas melibatkan penyesuaian fisiologis yang memungkinkan seseorang yang tahan bekerja di tempat panas. Kenaikan aklimatisasi terhadap panas disebabkan pada waktu melakukan olahraga terjadi pula kenaikan panas pada badan dan kulit. Keadaan yang sama akan terjadi bila seseorang bekerja di tempat panas.

5.   Prinsip dasar latihan
Dari perubahan fungsi organ-organ tubuh yang terjadi akibat pengaruh aktivitas fisik, dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk membuat program latihan yang sesuai prinsip dasar latihan. Prinsip dasar latihhan merupakan hal yang harus ditaati agar tujuan latihan dapat dicapai sesuai dengan harapan. Prinsip latihan berperan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis. Dengan mentaati prinsip latihan, akan mendukkung upaya untuk meningkatkan kualitas latihan. Selain juga akan menghindari cidera selama melakukan latihan. Prinsip-prinsip latihan menurut Bompa (1994) dan Marten (1990) dalam (Giri Wiarto, 2013: 153-155) terdiri dari 10 prinsip yaitu sebagai berikut:
1.    Prinsip Kesiapan
Pada prinsip ini materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia atlet. Atlet yang belum dewasa lebih sedikit untuk mampu memanfaatkan latihan. Hal demikian karena terdapat perbedaan dalam kematangan, baik kematangan otot, power maupun psikologis. Sebelum masa pubertas seorang atlet biasanya secara fisiologis belum siap untuk menerima latihan secara penuh.
2.    Prinsip Individual
Setiap individu pasti memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Demikian juga dalam merespon beban latihan untuk setiap atlet berbeda-beda. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan terhadap kemampuan atlet dalam merespon beban latihan adalah:
a.     Keturunan
Faktor yang berkaitan dengan warisan biologis adalah keadaan fisik, ukuran jantung dan paru-paru.
b.    Kematangan
Semakin matang kondisi seorang atlet semakin mampu menerima intensitas beban latihan yang semakin tinggi.
c.     Gizi
Makanan yang bergizi sangat penting bagi perkembangan atlet. Latihan dapat mengakibatkan perubahan dalam jaringan, organ tubuh yang mana perubahan tersebut memerlukan asupan protein, karbohidrat, lemak dan gizi yang lain.

d.    Waktu istirahat dan tidur
Untuk atlet junior yang masih dalam masa pertumbuhan, diperlukan waktu istirahat dan waktu tidur yang cukup. Atlet junior umumnya memerlukan waktu tidur kurang lebih 8 jam untuk setiap hari.
e.     Kebugaran
Atlet yang memiliki kebugaran jasmani yang tinggi akan mudah lelah dalam menerima beban latihan. Tingkat kebugaran dipengaruhi oleh kebugaran energi (meliputi sistem aerobik dan anaerobik) dan kebugaran otot (meliputi kekuatan, kecepatan, kelentukan, koordinasi dan daya tahan).
f.     Lingkungan
Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan psikis. Lingkungan ini dapat mempengaruhi seorang atlet dalam merespon beban latihan. Misalnya pada musim panas seorang atlet akan sulit menerima beban latihan yang tinggi.
g.    Cidera
Ketika cidera, seorang atlet akan sulit untuk menerima beban latihan baik secara fisiologis maupun psikis. Maka harus di sesuaikan beban latihan untuk atlet yang sehat dan atlet yang sedang cidera.
h.    Motivasi
Seorang atlet yang memiliki motivasi yang tinggi akan melakukan latihan dengan tekun dan rajin. Dan ketika bertanding akan berusahadengan keras dan mampu tampil dengan baik.
3.    Prinsip Beban berlebih
Prinsip ini menggambarkan bahwa beban latihan harus diberikan secara cukup berat, intensitas tinggi dan dilakukan secara berulang-ulang. Apabila beban terlalu berat, akan mengakibatkan tubuh tidak mampu beradaptasi sedangkan bila beban terlalu ringan tidak akan berpengaruh terhadap kualitas latihan atlet.
4.    Prinsip Peningkatan
Ketika latihan, beban latihan harus bertambah secara bertahap dan kontinu. Prinsip ini harus memperhatikan frekuensi latihan, intensitas latihan dan durasi latihan untuk setiap latihan.
5.    Prinsip Kekhususan
Setiap atlet melakukan latihan pasti memiliki tujuan. Materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga. Berikut adalah pertimbangan dalam menerapkan prinsip kekhususan yaitu (1) spesifikasi kebutuhan energi, (2) spesifikasi bentuk dan model latihan, (3) spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot dan (4) waktu latihan.
6.    Prinsip Variasi
Melakukan latihan yang terus-menerus, pastilah atlet akan merasa bosan apabila bentuk dan model latihan yang diberikan monoton. Untuk menghindari kejenuhan dan kebossanan, maka latihan harus disusun secara variatif.
7.    Prinsip Pemanasan dan Pendinginan
Pemanasan adalah hal sangat penting dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik. Fungsi pemanasan adalah untuk mempersiapkan otot untuk berkontraksi dan mempermudah oksigen lepas dari hemoglobin dan menaikkan pemakaian volume oksigen. Pendinginan sama pentingnya dengan pemanasan. Aktivitas pendinginan terjadi proses penurunan kondisi tubuh dari latihan yang berat menuju latihan yang normal. Pada saat pendinginan akan membantu memperlancar peredaran darah, menurunkan ketegangan otot dan memperlancar pengangkutan sisa metabolisme.
8.    Prinsip Latihan jangka panjang
Prestasi tidak dapat diraih seperti membalikkan telapak tangan. Untuk memperoleh prestsi harus melalui proses latihan dalam jangka waktu yang lama.
9.    Prinsip Multilateral
Prinsip multilateral mencakup keserasian semua organ dan sistem tubuh serta proses fisiologis dan psikisnya. Perkembangan fisik merupakan salah satu syarat untuk memungkinkan tercapainya perkembangan fisik khusus dan keterampilan dapat dikuasai secara sempurna.
10.  Prinsip Partisipasi aktif berlatih
Selama latihan seorang atlet harus di berikan informasi mengenai tujuan-tujuan latihan dan efek latihan yang dilakukannya. Selain itu seorang atlet harus senantiasa menjaga kesehatannya, cukup istirahat dan tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya.
Dengan menggunakan prinsip dasar latihan yang telah dikategorikan oleh Bompa (1994) dan Marten (1990) dalam (Giri Wiarto, 2013: 153-155) maka pelatihan dapat direncanakan dan dilaksanakan secara ilmiah dan akurat, tidak dengan cara mencoba-coba, sehingga efisiensi penggunaan daya (energi) dan waktu benar-benar dapat diterapkan.



























BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Melalui pemahaman dan penghayatan yang benar tentang dasar berolahraga akan dapat ditumbuh-kembangkan olahragawan yang baik. Lebih lagi apabila dasar berolahraga itu dilandasi dengan pendekatan ilmiah dan digali melalui hasil penelitian dan pengembangan yang diperoleh dari berbagai kegiatan olahraga. Dengan memahami ilmu anatomi dan fisiologi olahraga maka pelatihan dapat direncanakan dan dilaksanakan secara ilmiah dan akurat, tidak dengan cara mencoba-coba, sehingga efisiensi penggunaan daya (energi) dan waktu benar-benar dapat diterapkan, jadi tujuan latihan dapat dicapai sesuai dengan harapan.

B.  Saran
       Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut:
1.    Perlunya pemahaman lebih jauh tentang ilmu anatomi dan fisiologi olahraga, karena penulis hanya menyampaikan secara garis besar mengenai bagaimana terjadinya gerakan dan perubahan fungsi organ-organ tubuh akibat adanya aktivitas fisik berupa olahraga, sehingga dapat membuat program latihan sesuai dengan prinsip dasar latihan.
2.    Perlunya bimbingan dan arahan dosen dalam memperoleh pengetahuan tentang hakikat ilmu anatomi dan fisiologi olahraga.









DAFTAR PUSTAKA


Evelin Pearce. (1973). Anatomi & Physiology for Nurses. Jakarta: Gramedia. Diterjemahkan oleh Sri Yuliani Handoyo.
Giri Wiarto. (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyyakarta: Graha Ilmu.
J.S Husdarta. (2011). Sejarah dan Filsafat Olahraga : Alfabeta, Bandung
Junusul Hairy. (1989). Fisiologi Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Keith L. Moore, Arthur F. Dalley, Anne M. R. Agur, and Marion E. Moore. Clinically Oriented Anatomy fifth edition. Jakarta: Erlangga. Diterjemahkan oleh: dr. Huriawati Hartanto.
Santosa Giriwijoyo, Didik Zafar Sidik. (2013). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga). Bandung: Rosda.
Soedjono Basoeki. (1988). Anatomi dan Fisiologi Manusia.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .
Sumaryanti. (2004). Aktivitas Terapi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Syaifuddin. (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Anatomi FIK UNY. Diktat Anatomi Manusia.Yogyakarta: Laboratorium Anatomi FIK UNY            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar