ABSTRAK
Makalah ini akan membahas tentang
latihan dan perubahan pada tulang. Tulang yang berfungsi sebagai penyangga,
pembentuk tubuh harus kuat. Untuk meningkatkan kualitas tulang maka perlu diupayakan
melalui latian olahraga. Terdapat 2
macam Olahraga yang dapat membantu meningkatnya kepadatan tulang yaitu, yang
bersifat anaerobic dan aerobik. Pada olahraga anaerobik interval tenyata mampu
memberikan pengaruh fisiologis terhadap berbagai organ dan jaringan di dalam
tubuh. Anaerobik interval bila dilakukan dengan dosis yang teratur dan terukur
teryata mampu meningkatkan kepadatan tulang. Untuk lebih dapat meningkatkan
ambang adaptasi, maka pemberian dosis latihan harus memenuhi prinsip overload,
progresif dan individual pada setiap masing-masing individu.
Kala kunci: Olahraga, Tulang
PENDAHULUAN
Olahraga sangat penting dalam kehidupan manusia, tentu
dalam berolahraga harus membutuhkan
tubuh yang sehat. Seperti kita ketahui bahwa dalam tubuh yang sehat, tentu ada
hubungannya dengan tulang. Tulang pada tubuh manusia merupakan benda yang
hidup, padat, dan keras,
akan tetapi elastis. Tulang mempunyai pemeliharaan saraf, darah, bahkan
mempunyai sistem kelenjar getah bening.
Di dalam tubuh manusia selain
memiliki tulang juga memiliki otot-otot dan persendian yang memungkinkan tubuh
manusia dapat bergerak dan pada saat kita bergerak, kita telah melakukan
olahraga. Aktivitas gerak tubuh manusia bergantung pada efektivnya interaksi
antara sendi yang normal dengan unit-unit neuromuskolar yang menggerakannya.
Elemen tersebut juga berinteraksi untuk mendistribusikan stress mekanik ke
jaringan sekitar sendi. Otot, tendon, ligamen, rawan sendi, dan tulang saling
bekerja sama agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan sempurna (Noer S.,
1996)
Tulang-tulang pada manusia membentuk rangka yang berfungsi untuk memberikan
bentuk tubuh, melindungi alat tubuh yang vital, menahan dan menegakkan tubuh,
tempat pelekatan otot, tempat menyimpan zat kapur, dan tempat pembentukan
darah. Kelainan dan gangguan pada tulang dapat menggangu proses gerakan yang
normal. Kelaianan dan gangguan ini dapat terjadi karena kekurangan vitamin D,
penyakit (arthiritis), kecelakaan, atau karena kebiasaan yang salah dalam waktu
yang lama. Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel
tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf membentuk sistem
haveres. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor yang menyebabkan tulang
menjadi keras.Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau Osifikasi.
Tulang manusia merupaka struktur paling peting dalam pembentukan rangka
tubuh, dimana tulang adalah jaringan yang tumbuh dan hidup secara terus
menerus. Tulang juga memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi
stabil, tulang manusia juga mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik
dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel (Tandra, 2009).
Tulang memiliki dua sel, yaitu osteoklas (bekerja untuk menyerap dan
menghancurkan atau merusak tulang) dan osteoblas (sel yang bekerja untuk
membentuk tulang) (Compston,2002).
PEMBAHASAN
Struktur Anatomi dan Histologi Tulang
Tulang terdiri lapisan luar, lapisan
tulang padat dan tulang berongga. Pada penurunan densitas mineral tulang jauh
lebih tipis, sehingga tulang menjadi lemah dan kemungkinan patah tulang
meningkat (Compton,
2002) tulang mulai terbentuk sejak kandungan, khususnya pada trimester 3 dan
akan terus berkembang hingga mencapai puncak pertumbuhan masa tulang (peak bone mass). Puncak massa tulang
biassanya sampai dengan umur 20-35 tahun (jill. dkk,1993 dalam hasye, 2008).
Menurut Munandar (1991: 13-17),
tulang-tulang di dalam tubuh manusia membentuk rangka yang berfungsi memberi
bentuk pada tubuh,sebagai alat gerak pasif dan sebagai pelindung organ-organ
dalam. Bila
tulang dibelah, pada sumbu panjangnya
akan tampak bagian dalam tulang. Tulang terdiri atas suatu lapisan luar yang
padat yang disebutsubstantia compacta dan lapisan dalam yang longgar
yang disebut substantia spongiosa. Di sebelah dalam tulang dilapisi oleh
endosteum dan permukaan luarnya dilapisi oleh periosteum. Periosteum ada
pada semua tulang kecuali pada ujung-ujung tulang yang dilapisi tulang rawan. Sedangkan bagian tengahnya tipis. Di
tengah batang (corpus) tulang panjang terdapat ruang cavum medulare (sumsum
tulang) yang berisi sumsum tulang merah dan kuning. Tulang panjang terdapat
pada lengan dan tungkai, misalnya tulang femur, humerug radius dan tibia (Pritchard,
1996) [ Cit, sari,2000].
Tulang panjang terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian ujung disebut
epifisis, bagian tengah disebut diafisis tersusun atas tulang keras. Bagian
antara epifisis dan diafisis disebut cakraepifisis atau metafisis yang terdiri
atas tulang rawan dan mengandung banyak osteoblas. Bagian cakraepifisis
merupakan bagian yang dapat bertambah panjang terutama dalam usia pertumbuhan
(Bowden, S., Aspinall, V. &
Cappello, M. 2009)
· Tulang padat (compact bone)
Merupakan lapisan keras yang terdapat pada bagian paling luar dari tulang. Bentuk ini hampir terdapat pada seluruh tulang panjang.
Merupakan lapisan keras yang terdapat pada bagian paling luar dari tulang. Bentuk ini hampir terdapat pada seluruh tulang panjang.
· Tulang berongga (spongy bone)
Terdiri atas spikula yang berguna untuk membentuk jaringan berpori. Ruang pada tulang berongga diisi oleh sumsum.
Terdiri atas spikula yang berguna untuk membentuk jaringan berpori. Ruang pada tulang berongga diisi oleh sumsum.
· Rongga medula (rongga sumsum)
Merupakan rongga yang dikelilingi kortek tulang panjang. Pada hewan muda diisi dengan sumsum merah (jaringan hematopoietik) yang secara bertahap oleh sumsum kuning (lemak) pada hewan tua.
Merupakan rongga yang dikelilingi kortek tulang panjang. Pada hewan muda diisi dengan sumsum merah (jaringan hematopoietik) yang secara bertahap oleh sumsum kuning (lemak) pada hewan tua.
· Epifisis
Terdapat pada kedua ujung tulang panjang. Ujung yang paling dekat denga tubuh disebut epifisis proksima, dan ujung yang terjauh dari tubuh disebut epiphysis distal.
Terdapat pada kedua ujung tulang panjang. Ujung yang paling dekat denga tubuh disebut epifisis proksima, dan ujung yang terjauh dari tubuh disebut epiphysis distal.
· Diafisis
Merupakan batang selinder dari tulang panjang antar dua epifisis.
Merupakan batang selinder dari tulang panjang antar dua epifisis.
· Metafisis
Metafisis tulang dewasa merupakan daerah yang melebar berdekatan dengan epifisis.
Metafisis tulang dewasa merupakan daerah yang melebar berdekatan dengan epifisis.
· Epifisis tulang rawan
Lapisan tulang rawan hialin dalam metaphysis dari tulang yang belum matang yang memisahkan diafisis dari epifisis. Ini merupakan satu-satunya daerah pada tulang yang dapat memperpanjang.
Lapisan tulang rawan hialin dalam metaphysis dari tulang yang belum matang yang memisahkan diafisis dari epifisis. Ini merupakan satu-satunya daerah pada tulang yang dapat memperpanjang.
·
Artikular
tulang rawan
Merupakan
lapisan tipis tulang rawan hialin yang menutupi permukaan artikular (sendi)
dari tulang.
· Periosteum
Adalah membran
fibrosa yang menutupi permukaan tulang kecuali apabila artikular tulang rawan
berada. Osteoblas (tulang yang memproduksi sel) dari periosteum bertanggung
jawab untuk peningkatan diameter tulang, dan aktivitas sel-sel periosteal
penting dalam penyembuhan patah tulang.
· Endosteum
Adalah membran
fibrosa yang melapisi rongga sumsum dan kanal osteonal (osteons) tulang. Erosi
tulang yang sudah ada oleh osteoklas (sel-sel penghancur tulang) di endosteum
menentukan ukuran rongga sumsum dan ketebalan korteks diaphyseal. Periosteum
dan endosteum mengandung osteoblas dan osteoklas.
Tulang pendek berbentuk
seperti kubus atau pendek tidak beraturan. Tulang ini mempunyai inti
tulang spongiosa yang dikelilingi tulang kompak. Contoh: tulang telapak
tangan dan kaki, serta ruas-ruas tulang belakang.
Tulang pipih
berbentuk gepeng memipih. Tulang pipih mempunyai dua lapisan tulang
kompak, yaitu lamina eksterna dan interna ossis karnii. Kedua lapisan
dipisahkan oleh satu lapisan tulang spongiosa disebut diploe.
Contoh: tulang tengkorak, tulang rusuk, dan tulang belikat. (Purnomo,
Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009)
Terdapat
tiga macam tulang iregurer yaitu tulang vertebra, tulang telinga dan tulang
muka. Tulang vertebra dari cailum spinaris banyak digunakan daram pergerakan
tubuh (Pritchard,
1996, cit sari, 2000).
Fungsi
tulang
Tulang-tulang pada
manusia selain menyusun rangka, juga mempunyai fungsi lain, yaitu ;
a) Memberi bentuk tubuh
b) Melindungi alat tubuh
yang vital
c) Menahan dan
menegakkan tubuh
d) Tempat perlekatan
otot
e) Tempat menyimpan
mineral
f)
Tempat pembenukan sel darah
g) Tempat menyimpan
energi, yaitu simpanan lemak yang ada disumsum kuning.
Tulang dalam tubuh berhubungan secara erat atau tidak erat. Hubungan antar tulang disebut artikulasi. Untuk dapat bergerak diperlikan struktur yang khusus (sendi) yang terdapat pada artikulasi. Terbentuknya sendi dapat dimulai dari kartilago didaerah sendi. Mula-mula kartilago lalu kedua ujungnya akan diliputi jaring ikat. Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang, keduanya diselaputi sendi (membran sinovial) yang liat dan menghasilkan minyak pelumas tulang yang disebut minyak sinovial. (Irianto, K. 2004)
Tulang dalam tubuh berhubungan secara erat atau tidak erat. Hubungan antar tulang disebut artikulasi. Untuk dapat bergerak diperlikan struktur yang khusus (sendi) yang terdapat pada artikulasi. Terbentuknya sendi dapat dimulai dari kartilago didaerah sendi. Mula-mula kartilago lalu kedua ujungnya akan diliputi jaring ikat. Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang, keduanya diselaputi sendi (membran sinovial) yang liat dan menghasilkan minyak pelumas tulang yang disebut minyak sinovial. (Irianto, K. 2004)
Komponen
pembentuk Tulang
Secara mikroskopis tulang terdiri dari
bahan organik 30% minera I Taa/odan air
(Tjokroprawiro, 2000).
1.Bahan organik tulang
Bahan
organik mempunyai komposisi : Matrik gg% yang terdiri atas kolagen (gs%) dan
protein non-koragen (i%) antara rain osteokarsin, osteonektin, proteogrikan,
sikroprotein, protein morfogenik, proteoripid dan fosfoprotein. sel tulang menyusun bahan organik tulang
sebesar 2 % dan terdiri atas
osteobras, osteosit dan osteokras (Tjokroprawiro, 2000).
2. Mineral
Salah
satu penyusun utama tulang dihasilkan dari proses mineralisasi tulang yaitu hidroksiapatit. Mineral
sebagian besar terdiri dari hidroksiapatit95%). suatu kristal kalsium fosfat.
Minerar tulang juga rnengandung karbonat,Mg, K, F dan Cl (Tjokroprawiro, 2000).
Sel
Tulang
Osteoblas
Osteoblas merupakan salah satu jenis
hasil diferensiasi sel mesenkim yang sangat penting dalam proses osifikasi.
Osteoblas dijumpai pada permukaan luar tulang dan di rongga-rongga tulang.
Sebagai sel, osteoblas dapat memproduksi substansi organik intraseluler atau
yang disebut matriks. Apabila kalsifikasi terjadi pada matriks maka jaringan
disebut tulang, tetapi apabila jaringan tidak mengandung kalsium (tidak terjadi
kalsifikasi) maka disebut osteoid. Osteoblas berperan dalam sintesis kolagen
untuk membentuk matriks tulang juga mengatur konsentrasi ion kalsium pada
matriks tulang melalui pelepasan kalsium dari intraseluler (Corwin, 2008;
Rasjad, 2007).
Osteoblas berhubungan satu sama lain
dan dengan osteosit melalui sito-plasma atau prosesus seluler kanalikuli matrik
tulang (Vigorita, 1999). Prosesus
sitoplasma osteoblas meluas melalui matrik osteoid yang berhubungan dengan osteosit
di dalam matrik bermineral.
Osteoblas mengatur konsentrasi ion kalsium pada
matrik melalui pelepasan kalsium dari intraseluler (Bostom, 2000). Difusi karsium dari osteobras ke matrik
dilakukan oreh bundte
dari filamen tipis yang terdapat pada tonjolan- tonjolan osteoblas (Resnick,
1995).
Osteosit
Osteoblas dapat menghasilkan zat-zat
interseluler organik atau matrik, dimana kemudian dapat terjadi karsifikasi.
Jaringan yang tidak mengalami pengapuran, karena mempunyai kesamaan mikroskopis
dengan turang disebut osteoid' setelah osteoblas dikelilingi oleh produk zat
interselulernya sendiri, osteobras tersebut berada di daram rakuna dan disebut
osteosit (Salter, 1983 ). Osteosit adarah sel tulang yang tertanam datam
matriks yang termineralisasi.
Dengan
bertambahnya minerarisasi, organel-.organel ini menjadi sulit dibedakan
sehingga osteosit diidentifikasi dengan mikroskop cahaya melalui penampakan
nukreusnya yang terang/jeras (Vigorita. 1999). Osteosit mampu mensintesa matrik
tulang walau kemampuannya kurang dibanding osteobras dan terribat dalam
resorbsi turang melarui proses yang disebut osteocytic osfeolysrs (Resnick, 1995).
Osteoklas
Osteoklas merupakan sel fagositik
besar yang berinti banyak (50 inti) yang melakukan proses resorbsi atau
penyerapan tulang secara kontinu. Osteoklas pada keadaan normal bekerja aktif
di daerah permukaan tulang. Osteoklas mengeluarkan tonjolannya yang menyerupai
vili kearah tulang, yang membentuk suatu permukaan bergelombang yang berdekatan
dengan tulang. Vili mengsekresikan zat (1) enzim proteolitik, yang dilepaskan
dari lisosom dan (2) asam laktat dan asam sitrat yang dilepaskan dari
mitokondria dan Universitas Sumatera Utara vesikel sekretoris. Enzim
proteolitik tersebutlah yang akan memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang, sehingga mineral tulang seperti kalsium dan fosfat
terlepas ke dalam aliran darah (Guyton, 2000; Carter, 1992).
Kalsium
untuk pembentukan tulang Tulang adalah jaringan hidup dengan matriks protein
kolagen yang telah diresapi oleh garam-garam mineral, khususnya fosfat dan
kalsium. Tulang menyokong tubuh dan memegang peranan penting pada homeostatis
mineral, khususnya fosfat dan kalsium. Protein dalam serabut-serabut kolagen
yang membentuk matriks tulang adalah kompleks. Jumlah yang adekuat dari protein
dan mineral keduanya harus tersedia untuk mempertahankan struktur tulang yang
normal. Kalsium dan fosfat, apabila dikombinasikan, ia membentuk kristal
Universitas Sumatera Utara hidroksiapatit. Garam ini membentuk kristal yang
ukurannya 20 per 3 – 7 nm. Natrium dan sejumlah kecil magnesium dan karbonat
juga terdapat dalam tulang (Ganong W.F 1983). Selain itu,pengerasan adalah
pembentukan tulang oleh kegiatan osteoblast dan osteoklas dan penambahan garam
mineral dan senyawa. Kalsium harus tersedia untuk osifikasi .Osteoblast tidak
membuat mineral ini, tetapi harus mengambil kalsium dari darah dan
mendepositkan di tulang. Secara khusus, serat kolagen dan garam kalsium yang
membantu memperkuat tulang. Bahkan, serat kolagen dari tulang memiliki kekuatan
tarik yang besar (kekuatan untuk menahan peregangan), sementara garam
kalsium,memiliki kekuatan kompresi besar (kekuatan untuk menahan pemerasan).
Tambahan pula,pembangunan tulang bukan sahaja dipengaruhi oleh kalsium dan
serat kolagen malah asupan gizi, paparan sinar matahari, sekresi hormon, dan
latihan fisik juga memainkan peranan penting dalam pembentukan tulang. Sebagai
contoh, paparan kulit dengan sinar ultraviolet matahari membantu perkembangan
tulang, karena kulit dapat memproduksi vitamin D apabila terkena radiasi
tersebut. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsiu di usus kecil. Dengan
tidak adanya vitamin ini, kalsium kurang diserap, matriks tulang kekurangan
kalsium, dan tulang-tulang cenderung patah atau sangat lemah. Vitamin A dan C
juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang normal.
Kepadatan Tulang
Kepadatan tulang erat hubungannya
dengan kekuatan tulang dan perubahan-perubahan tulang yang terjadi selama
kehidupan. Kepadatan tulang meningkat selama periode pertumbuhan wanita, dan
tetap berlangsung walaupun pertumbuhan tulang telah berhenti.
Pada wanita usia 35 – 40 tahun dengan
menstruasi yang teratur, kepadatan tulang tidak meningkat atau menurun.
Pertumbuhan tulang mencapai puncaknya pada usia 25 – 35 tahun untuk
tulangtulang trabekular ( antara lain tulang belakang ) dan pada usia 35 – 40
tahun untuk tulang-tulang kortikal. Setelah pematangan tulang selesai,
kehilangan tulang dimulai dan berlangsung terus sampai usia 85–90 tahun (Rahman
IA dkk). Pada periode menopause, kepadatan tulang trabekular akan menurun pada
tulang belakang yaitu 1–8% pertahun dan pada leher tulang paha terjadi
penurunan tulang kortikal sebesar 0,5–5% pertahun. Kehilangan tulang pada 5–10
tahun setelah mengalami menopause sebesar 0,5% pertahun (Riggs BL dkk). Seorang
wanita selama kehidupannya akan kehilangan 40–50 % jumlah tulang secara
keseluruhan. Sedangkan pada pria hanya sebesar 20–30 % (Rahman IA, dkk).
Kepadatan tulang adalah jumlah
kandungan mineral tulang dalam setiap cm2 tulang yang diukur dengan alat bone
densimeter (Seya, 2010). Dalam masa pertumbuhan ukuran tulang, kandungan
kalsium dan kebutuhan kalsium meningkat. Setelah pertumbuhan terhenti,
kemungkinan fase dimana penambahan jumlah tulang dan kalsium (puncak penambahan
massa tulang/ peak bone mass) akan tetap bertambah sampai usia sekitar
30 tahun (Fikawati, R., Syafiq,
2007)
Latihan
fisik
Latihan fisik atau
olahraga dapat menjaga agar anda tetap sehat, meningkatkan mobilitas,
menghindari faktor risiko tulang keropos, dan mengurangi stres. Penelitian
membuktikan bahwa orang yang berolahraga memiliki faktor risiko lebih rendah
untuk menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Terdapat tiga kategori jenis latihan yaitu latihan
kardiovaskular, beban, dan latihan kelenturan. Latihan kardiovaskular dikenal
dengan latihan aerobik.
Latihan ini menggunakan otot-otot besar. Jenis
latihannya adalah berjalan, jogging, berenang, dan bersepeda. Tipe latihan ini
akan memacu tubuh anda untuk menggunakan oksigen lebih efisien dan meningkatkan
asupan maksimum nutrisi dan oksigen untuk jantung, paru-paru, dan sistim
sirkulasi. Latihan beban dan kelenturan dikenal dengan latihan anaerobik.
Latihan anaerobik tidak memiliki keuntungan seperti latihan kardiovaskular
namun membuat otot dan tulang lebih kuat.
Latihan kelenturan dilakukan untuk melatih tonus otot
melalui stretching sehingga dapat mencegah gangguan otot dan
sendi di kemudian hari. Latihan yang seimbang adalah latihan dengan
mengkombinasikan keduanya.
Pengaruh
Latihan Fisik terhadap Massa Tulang
Latihan fisik menstimulasi osteoblas
dengan adanya arus listrik yang dihasilkan ketika stress mengenai tulang,
terutama bagian permukaan periosteal tulang. Latihan fisik juga meningkatkan
struktur tulang selama masa pertumbuhan dan mengurangi kehilangan massa tulang
pada individu usia lanjut (Corwin, 2008). Latihan fisik yang berkelanjutan
dapat menyebabkan peningkatan massa tulang regional. Faktor nutrisi, terutama
asupan kalsium yang cukup sangat menentukan dalam puncak massa tulang.
Penelitian retsospektif menunjukkan bahwa individu dengan asupan kalsium yang
tinggi pada masa pertumbuhan memiliki puncak massa tulang yang lebih tinggi
dikemudian hari. Puncak massa tulang merupakan tingkatan tertinggi dari
densitas Universitas Sumatera Utara mineral tulang, kandungan mineral tulang
(Bone Mineral Content) atau massa tulang (Bone Mass). Puncak massa tulang yang
rendah akan memudahkan terjadinya osteoporosis dan fraktur tulang pada saat
usia lanjut. Puncak massa tulang dicapai pada usia 20-30 tahun, setelah itu
akan menurun, dimana terjadi proses penuaan, absorpsi kalsium menurun dan
fungsi hormon paratiroid meningkat sehingga kalsium tulang mulai berkurang (Karlsson
et al., 2008; Johnston, 1993; Masyitha, 2006). Latihan fisik berupa aktifitas
berenang memberikan dampak yang menguntungkan bagi kesehatan tulang pada wanita
muda. Sedangkan latihan fisik dengan intensitas yang sangat rendah tidak dapat
menstimulasi osteoblas sehingga tidak akan memberikan dampak pada tulang (Duhe,
2003).
Hormon
Yang Berpengaruh Pada Tulang
Hormon berasal
dari bahasa Yunani, yaitu horman yang artinya “yang
menggerakkan”, jadi hormon adalah pembawa pesan kimiawi
antar sel atau antarkelompok sel. Hormon merupakan suatu kelompok
heterogen pesan-pesan kimia yang berperan mengkoordinasi aktifitas berbagai
jaringan dalam tubuh. Hormon adalah suatu pesan kimia yang disintesa pada
sel-sel khusus dan ditranspor ke sel sasaran yang jauh letaknya melalui darah.
Kebanyakan hormon disekresi langsung ke sirkulasi. Akan tetapi, beberapa hormon
disekresi oleh jaringan yang secara primer bukan jaringan endokrin. Hormon
lainnya disekresi oleh lebih dari satu jaringan. Suatu jaringan merupakan sasaran
untuk hormon tertentu hanya bila jaringan tersebut mengandung protein reseptor
spesifik yang mengikat hormon dan menimbulkan respon selular. Hormon mengatur
aktifitas jaringan sasarannya melalui 2 cara umum: (1) dengan mengatur
aktivitas protein yang sudah ada dalam sel pada saat kerja hormonal, dan (2)
dengan mengatur sintesis atau degradasi protein. (S.Colby.1999:263)
Hormon
pertumbuhan adalah Hormon pertumbuhan manusia
atau yang biasa disebut dengan HGH (HumanGrowth Hormon) adalah suatu hormon
anabolik yang berperan sangat besar dalam pertumbuhan dan pembentukan tubuh,
terutama pada masa anak-anak dan puberitas. Growth Hormon berperan meningkatkan
ukuran dan volume dari otak, rambut, otot danorgan-organ di dalam tubuh. HG
bertanggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak dari kecil sampai dia tumbuh
besar. Setelah manusia sudah bertumbuh besar, bukan berarti hormon ini tidak
berguna, akan tetapi hormon ini bertugas untuk menjaga agar organ tubuh tetap
pada kondisi yang prima.
HGH yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary pertama-tama mengalir melalui pembuluh darah menuju ke organ hati. Di dalam hati, HGH dirubah menjadi IGF 1 (insulinlike Growth Factor 1). Lalu melalui peredaran darah pula, IGF 1 dialirkan keseluruh organ-organ yang ada di tubuh manusia. Sekresi hormon pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan factor pengelepas hormon pertumbuhan (GHRF = growth hormon releasing factor) yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu dalam hipotalamus juga dijumpai somatostatin (GH-RIH =growth hormon releasing inhibitory hormon) yang menghambat sekresi.
HGH yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary pertama-tama mengalir melalui pembuluh darah menuju ke organ hati. Di dalam hati, HGH dirubah menjadi IGF 1 (insulinlike Growth Factor 1). Lalu melalui peredaran darah pula, IGF 1 dialirkan keseluruh organ-organ yang ada di tubuh manusia. Sekresi hormon pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan factor pengelepas hormon pertumbuhan (GHRF = growth hormon releasing factor) yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu dalam hipotalamus juga dijumpai somatostatin (GH-RIH =growth hormon releasing inhibitory hormon) yang menghambat sekresi.
Demikian hipotalamus memegang peran dwifungsi dalam pengaturan hormon
ini. Oleh karena itu bila
kelebihan dari hormon pertumbuhan terjadi sesudah masa dewasa muda maka tinggi
orang itu tidak akan bertambah. Dari hasil penelitian dapat digambarkan
peningkatan kepadatan tulang akibat latihan anaerobic interval sebagai berikut:
Berprestasi
dalam pertandingan renang, senam ,mempunyai kepadatan tulang lebih besar bila
disbanding dengan anak perempuan yang tidak berolahraga. (Kalssel C. et al,
1996).
(Magill A. Richard. 1982) menyatakan
bahwa pengaruh latihan dapat meningkatkan ukuran tulang,massa tulang dan
kepadatan tulang. Chow dalam penelitian yang dikutip oleh Roeshadi (1996),
melakukan evaluasi selama 1 tahun mendapatkan kelompok dengan latihan aerobik
dan anaerobik di tambah strength menunjukkan massa tulang lebih tinggi dari
kontrol. Pengurangan frekuensi dan intensitas latihan menyebabkan massa tulang
kembali ke tingkat awal. Aktivitas fisik mempunyai peranan yang penting dalam
pencegahan osteoporosis dan merupakan cara pencegahan yang menyenangkan, dan
dengan mudah melakukannya pula (Dolsky et al 1992).
Berdasarkan
kajian yang telah diuraikan diatas, maka latihan anaerobik interval sebagai
sfressor akan mempengaruhi hypothalamus, dan memacu anterior
pituitary untuk
mensekresi selaniutnya hypothalamus akan memacu
growhlh hormone. Hormon pertumbuhan (Growlh Hormone) tersebut melalui
IGF-1 akan mempengaruhi kinerja selosteoblast menjadi semakin meningkat'
Sehingga pembentukan tulang akan lebih tinggi dibandingkan dengan proses dengan
latihan Anaerobik lnterval yang teratur, terarah, dan resorbsi tulang. Dengan
latihan Anaerobik interval yang teratur, terarah dan terprogram dengan
frekuensi 3 kali perminggu diharapkan dapat
meningkatkan kepadatan tulang pada hewan coba tikus putih jenis albino
wistar.
KESIMPULAN
Organ
tubuh memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Dengan tatihan selama 6 - 8 minggu
terah merangsang terjadinya adaptasifisiorogis. Latihan selama I minggu dengan
frekuensi 3 k€li perminggu lelih merangsang terjadinya peningkatan kepadatan
tulang dibandingkan dengan latihan selama 4 minggu. untuk memberikan latihan
agar lebih merangsang terjadinya sebuah peningkatan, maka latihan harus selalu
memegang prinsip-prinsip latihan dan lebih memperhatikan pemberian dosis
latihan. Dosis latihan yang diberikan sebaiknya diberikan secara terencana
terukur, dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Binkley T, Specker B. Increased periosteal
circumference remains present 12 months after an exercise intervention in
preschool children.
Bone
2004;35:1383-8.
Bowden, S., Aspinall,
V. & Cappello, M. (2009) Introduction to Veterinary Anatomy and Physiology
Revision Aid Package: Workbook and Flashcards. London: Butterworth-Heinemann.
Carter MA,
Alih Bahasa Dr.
Peter Anugrah, 1992.
Anatomi dan Fisiologi
Tulang dan Sendi dalam
Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi
IV. 1175- 1178.
Compston, J. 2002. Seri
Kesehatan Bimbingan Dokter pada Osteoporosis. Jakarta: Dian Rakyat.
Corwin EJ, 2008. Buku
Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. 327-331.
Corwin, E.J.
(2008). Handbook Of
Pathophysiology, Third Edition,
The Ohio State University. Columbus. Hal 303.
Duhe SA. 2003. Swimming versus Voluntary Running Exercise on Bone Health in Ovariectomized
Retired Breeder Rats. (Tesis). Available from: http://etd.lsu.edu/docs/available/etd-0626103-161512/unrestricted/Duhe
thesis.pdf. [cited 2009 Dec. 31].
Dolsky RL, Newman J,
Fetzek JR, Anderson RW. Liposuction. History, techniques, and complications.
Dermatol Clin 1987;5:313‑33.
Elizabeth
A. Krall &
Bess Da Wson-Hughes (1993). Heritable and
Life-style Determinants of Bone
Mineral Density. Journal Of
Bone And Mineral
Research. Volume 8, Number 1.
Engelke Æ W. Kemmler . D. Lauber . C. Beeskow R.
Pintag .A., et al. (2006) Exercise
maintains bone density at spine and hip EFOPS: a 3-year longitudinal study in
early postmenopausal women. Kalender.
Osteoporos Int 17: 133–142.
Fikawati, R.,
Syafiq, 2007. Gambaran
Konsumsi Kalsium Remaja.
Dalam: Fikawati, R. & Syafiq (eds). 2007. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarkat Universitas Indonesia,
Jakarta:253-263.
Fung EB, Samson-Fang L, Stallings VA, Conaway M,
Liptak G, Henderson RC, et al. Feeding dysfunction is associated with poor
growth and health status in children with cerebral palsy. J Am Diet Assoc
2002;102: 361-73.
Ganong WF, 1999. Review of Medical Physiology. 19- adetion. Stamford:
Appleton & Large, pp 365-369, 385.
Guyton AC,
2000. Alih Bahasa
Irawati. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta.
EGC. 11: 1029-1041.
Harcke TH, Taylor A, Bachrach S, Miller F, Henderson
RC. Lateralfemoral scan: an alternative method for assessing bone mineral
density in children with cerebral palsy. Pediatr Radiol 1998;28:241-6.
Hartmut Krahl, Ulf Michaelis, Hans-Gerd Pieper,
Gerhard Quack and Michael Montag Am., et.al. (1994) Stimulation of Bone Growth Through
Sports: A Radiologic Investigation of the Upper Extremities inProfessional
Tennis Players Sports Med, 22; 751.
Hasye, reza amelia. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
osteopenis paa mahasiswa FKM UI Tahun 2008 (skripsi). Fakultas kesehatan
masyarakat, Universitas Indonesia.
Henderson RC, Lark RK, Kecskemethy H, Miller F, Harcke
TH, Bach-rach SJ. Bisphosphonates to treat osteopenia in children with
quadriplegic cerebral palsy: a randomized, placebo-controlled clinical trial. J
Pediatr 2002;141:644-51.
Henderson RC, Lark RK, Gurka MJ, Worley G, Fung EB,
Conaway M, et al. Bone density and metabolism in children and adolescents with
moderate to severe cerebral palsy. Pediatrics 2002;110:e5.
Irianto, K.
dan Waluyo, K.
2004. Gizi dan
Pola Hidup Sehat.
Yrama Widya:Bandung.
Kathleen Mayes. (1987). Brittle Bone and The
Calcium Crisis. U.K: Biddies Limited.
Magill A.
Richard. 1982. Motor Learning Concepts and Applications. Dubuque, Iowa: WM. C.
Brown Publishers.
Mark R. Forwood & David B. Burr (1993).Physical activity and bone
mass: exercises in futility. Bone and Mineral,
21 (1993) 89-112.
Munandar A. (1991). Ikhtisar Anatomi Gerak dan Ilmu
Gerak. Jakarta: EGC.
Murphy DJ, Hope PL, Johnson A. Neonatal risk factors
for cerebralpalsy in very preterm babies: case-control study. BMJ 1997;314:404.
Noer, S., 1996. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit Gaya Baru.
Parfitt AM. (1994). The two faces of growth: benefits
and risks to bone integrity.Osteoporosis Int;4:382-98.
Pharoah PO,
Cooke T, Cooke RW, Rosenbloom L. Birthweightspecific
trends in cerebral palsy.
Arch Dis Child 1990;65:602-6.
Purnomo, Sudjiono, T.
Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk SMA dan MA. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 386.
Rachmah, L.A. (2000).
”Osteopotesis Melalui Diet dan Mill”. Jurnal Olahraga Volume
6, hlm 60-72.
Rasjad C, 2007.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Penerbit PT Yarsif Watampone. 6-11.
Resnick D, 1995, Diagnosis of Bone and Joint Disordiers. 3rd
edition. Philadelphhia: WB Sounders Company.
Rosseta Reitz.
(1993). Menopause. Jakarta: Bumi Aksara.
Sari GM, 2001. Pengaruh Pemberian Ekstrak kedelai (Glicine Max) disbanding Estrogen Konjungsi
Terhadap Kepadatan Tulang Tikus Putih (I?attzlx norvegicus). Thesis, Program
Pascasarjana, Surabaya, hlm 6-7, 13-18,69.
S.Colby. 1999. Ringkasan Biokimia Harper. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.
Seya, IP, 2010. Kalsium. http://ikaputriseya.blogspot.com/2010/03/kalsium.html,
28 Desember 2010.
Siti, M., Asrin, M.N., Welas, H.,et al.(2010). Efektifitas Frekuensi
Latihan Dalam Meningkatkan Kepadatan Masa Tulang Pada Wanita Menepose. Jurnal
UNIMUS, 26,85-94.
Specker B, Binkley T. Randomized trial of physical
activity and calcium supplementation on bone mineral content in 3- to
5-year-old children. J Bone Miner Res 2003;18:885-92.
Tandra H. 2009.
Osteoporosis. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Tjokoprawiro, Askandar.
2000. Dabetes Mellitus, Klasifikasi,
Diagnosis dan Terapi, Edisi Ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Vigota VJ, Ghelman B (1999). Ortopaedic
Pathology. Phyladelpia: Lippicot William
& Wilkins, pp 1-19, 23,99.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar